Selasa, 15 November 2016

Robert K. Merton

Profil Singkat

Merton lahir sebagai anak imigran dari sebuah daerah kumuh di Philadelphia Utara. Merton memperoleh gelar BA dari Universitas Temple pada Program Sosiologi. Selama 3 tahun Merton mengajar kemudian menjadi associate professor, selanjutnya menjadi profesor serta pimpinan pada Departemen Sosiologi di Tulane University hingga dipanggil Universitas Colombia pada tahun 1941
. Melalui tulisannya di tahun 1938 yang berjudul Social Structure and Anomie, mengantarkan Merton menjadi ahli teori sosial muda. Menurut Merton, baik kesesuaian (conformity) maupun penyimpangan (deviation) sama-sama produk dari struktur sosial. Merton dikenal sebagai intelektual perkotaan yang sangat dihargai karena pilihan kata-katanya, baik dalam tulisan maupun pembicaraan. Lazarsfeld sangat menghargainya dan menyebutnya sebagai “tuan sosiologi negeri ini (Amerika)”. Merton juga seorang sarjana komunikasi massa. Merton mengkaji bersama-sama dengan Fiske dan Curtis tentang jarinagn radio CBS. Merton merupakan pengajar di Universitas Columbia dalam kurun waktu 35 tahun bersama dengan Lazarsfeld. Merton dikenal sebagai ahli ilmu sosial, sedangkan Lazarsfeld sebagai ahli metode penelitian kuantitatif yang mempelajari dampak komunikasi. Keberadaan dua figur ini di tahun 1941 ikut menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi merosotnya pamor Chicago School. Pada tahun 1943 Merton menjadi Direktur Pembantu di Bureau of Applied Social Research yang dipimpin Lazarsfeld di Columbia University. Salah satu jasa penting Merton adalah kecenderungan Merton membawa middle range theory dalam kajian komunikasi. Karya Merton yang terkenal adalah Social Theory and Social Structure (1949).

Teori Struktural Fungsional

Fungsionalis Struktural Robert K. Merton dapat diidentifikasikan dengan penelitiannya pada masyarakat Amerika Serikat, kelahiran teori sosial Merton berkaitan dengan situasi politik, ekonomi dan budaya dimana konteks teori sosial itu berada ditengah masyarakat. Merton berargumen bahwa fokus dari fungsionalis struktural harus diarahkan pada fungsi-fungsi sosial, yang menurut Merto, fungsi didefinisikan sebagai “konsekuensi-konsekuensi yang disadari dan yang menciptakan adaptasi atau penesuaian sistem sosial” (1949/1968: 105). Akan tetapi terdapat bias ideologi jika orang hanya memusatkan perhatiannya pada adaptasi atau penyesuaian, karena adanya konsekuensi positif, dan perlu kita ketahui bahwa fakta sosial dapat mengandung konsekuensi negatif bagi fakta sosial lain.
Untuk mensintesiskannya, maka Merton mengembangkan gagasannya mengenai disfungsi. Seperti halnya pada penelitian Merton mengenai Perbudakan di Amerika Serikat , yang berpendapat bahwa di Amerika Serikat belahan selatan perbudakan itu mengandung konsekuensi negatif bagi bagian-bagian lainnya. Namun, bagi orang kulit putih di bagian Amerika Serikat belahan selatan justru mengandung konsekuensi positif karena tersedianya tenaga kerja murah, dukungan bagi ekonomi kapas dan status sosial. Ini mengandung disfungsi, misalnya membuat warga selatan terlalu tergantung pada ekonomi pertanian dan dengan demikian masyarakat tidak siap enghadapi industrialisasi.
Setelah Merton memaparkan tentang disfungsi, kini ia telah mengemukakan gagasannya tentang nonfungsi, yang didefinisikan sebagai konsekuensi yang tidak relevan bagi sistem tersebut. termasuk di dalamnya adalah bentuk-bentuk sosial yang “masih bertahan” sejak masa awal sejarah, entah itu mengandung konsekuensi positif maupun negatif masa lalu, tidak adanya efek yang signifikan bagi masyarakat sekarang.
Merton mengembangkan konsep keseimbangan mapan, untuk menjawab pertanyaan lebih penting manakah fungsi-fungsi positif atau negatif. Ia juga menambahkan gagasan, pasti ada level analisis fungsional, bahwa analisis dapat juga dilakukan terhadap organisasi, institusi atau kelompok.
Merton menjelaskan bahwa di dalam keseimbangan mapan, perbudakan itu sifatnya fungsional bagi unit-unit sosial tertentu, dan juga disfungsional bagi unit-unit sosial lain.
Konsep fungsi manifes dan fungsi laten dan mengarah pada konsep lainnya yaitu konsekuensi yang tidak terantisipasi. Menurut Merton, fungsi manifes pada perbudakan di Amerika Serikat, misalnya meningkatkan produktivitas ekonomi kawasan Selatan. Dan fungsi latennya yaitu adanya peningkatan status sosial warga kulit putih di Selatan karena terlalu banyak penghasil kelas budak.
Merton menjelaskan bahwa konsekuensi yang tidak diantisipasi itu tidaklah sama dengan fungsi laten, karena fungsi laten merupakan suatu tipe konsekuensi yang tidak terantisipasi dan sesuatu yang fungsional bagi sistem yang dirancang. Ada dua jenis konsekuensi tidak terantisipasi, yakni “hal-hal yang disfungsional bagi sistem yang telah ada dan itu mencakup disfungsi laten” dan “hal-hal yang tidak relevan dengan sistem yang mereka pengaruhi secara fungsioanl ataupun disfungsional…konsekuensi-konsekuensi nonfungsional” (Merton, 1949/1968: 105).
Sementara itu, adanya diskriminasi terhadap kulit hitam, perempuan, dan kelompok minoritas lain merupakan disfungsi bagi masyarakat Amerika Serikat. Akan tetapi, hal ini juga mempengaruhi pihak-pihak yang melakukan diskriminasi dengan memberikan terlalu banyak orang yang berada dibawah perlindungan ketat dan meningkatnya konflik sosial. Dari kondisi ini, klasifikasi teori fungsional dapat mengarah pada suatu struktur yang disfungsional bagi sistem secara keseluruhan dan mungkin terus berlangsung. Namun, tidak semuanya struktur sosial itu tidak dapat diubah oleh sistem sosial, serta fungsionalisme itu membuka jalan bagi perubahan sosial penuh makna.
Analisis Merton mengenai hubungan antara kebudayaan, struktur dan anomi yakni ketidakmampuan bertindak menurut nilai-nilai normatif karena posisinya berada dalam struktur sosial masyarakat, serta kebudayaan menghendaki adanya beberapa jenis perilaku yang dicegah oleh struktur sosial.
Dalam hal ini, Merton lebih terfokuskan pada disfungsi, yaitu anomi. Ia menghubungkan anomi dengan penyimpangan, dan berpendapat bahwa disjungsi antara kebudayaan dengan struktur akan melahirkan konsekuensi disfungsional yaitu munculnya penyimpangan dalam masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar