Selasa, 15 November 2016

Melvin l. defleur

Profil Singkat

DeFleur menerima gelar Ph.D. dalam psikologi sosial dari Universitas Washington pada tahun 1954. Tesisnya, studi eksperimental hubungan stimulus respon dalam komunikasi leaflet, ditarik dari sosiologi, psikologi, dan komunikasi, untuk mempelajari bagaimana informasi disebarkan melalui masyarakat Amerika.

Dia telah mengajar di Indiana University (1954-1963), University of Kentucky (1963-1967), Washington State University  (1967-1976), University of New Mexico (1976-1980), University of Miami (1981-1985 ), Syracuse University (1987-1994) dan University of Washington sebelum mengambil posisi saat ini sebagai profesor komunikasi di Boston University Departemen komunikasi Massa, Periklanan dan Hubungan Masyarakat. Selain itu, ia adalah seorang Profesor Fulbright untuk Argentina dua kali dan berafiliasi dengan Argentina Sociological Society dan Ibero-Interamerican sosiologis Society, yang ia menjabat sebagai Sekretaris Jenderal.

Teori Melvin De Fleur
Teori ini menggambarkan teori komunikasi antar pribadi yang merupakan perluasan dari model-model Shannon dan Weaver, dengan cara memasukan perangkat media massa dan perangkat umpan balik. Sumber (source), pemancar (transmitter), penerima (receiver) dan sasaran (destination) sebagai fase-fase terpisah dalam proses komunikasi massa.

Teori De Fleur terhadap Hubungan Sosial :
Menurut De Fleur, hubungan sosial secara informal berperan penting dalam merubah perilaku seseorang ketika diterpa pesan komunikasi massa. Pesan disampaikan melalui perantara (tidak langsung) atau opinion leader. Opinion leader adalah orang yang secara informal dapat mempengaruhi tindakan atau sikap orang lain, baik bagi mereka yang sedang mencari informasi (opinion seeker) atau yang sekedar menerima informasi (opinion recipient). Padahal pesan-pesan komunikasi massa lebih banyak diterima individu lewat hubungan personal dibanding langsung dari media massa.

Wilbur Schramm Lang

Profil Singkat

Schramm lahir di Marietta, terletak di batas selatan Ohio pada tanggal 5 Agustus 1907 dan wafat di Honolulu, Hawaii pada tanggal 27 Desember 1987 silam. Schramm pernah menjadi pimpinan The Iowa Writer’s Workshop, bekerja di firm Harcourt Brace dan membantu di federal war information agencies. Beliau memimpin School of Journalism di Iowa (1943-1947). Kemudian menjadi pimpinan program kajian komunikasi massa di Universitas Illinois, Universitas Stanford dan the East-West Center, Universitas Hawaii. Ia memiliki pengaruh besar pada perkembangan penelitian komunikasi di Amerika Serikat, dan membangun departemen studi komunikasi di universitas di AS. Schramm lahir di Marietta, Ohio. Setelah bekerja untuk Associated Press, ia menerima gelar MA dalam peradaban Amerika di Harvard University dan Ph.D dalam bahasa Inggris di University of Iowa, di mana ia akhirnya mendirikan lokakarya menulis kreatif.

Model Schramm
            
Wilbur Schramm membuat serangkaian model komunikasi mulai dari model yang sederhana, kemudian model yang memperhitungkan pengalaman dua individu yang mencoba berkomunikasi, hingga ke model komunikasi yang dianggap interaksi dua individu (Mulyana, 2003). Schramm menyatakan bahwa komunikasi senantiasa membutuhkan tiga unsure yaitu: sumber (source), pesan (message) dan sasaran (destination)

Model sederhana Schramm:
Sumber dan encoder adalah satu orang, sedangkan decoder dan sasaran adalah seseorang lainnya, dan sinyalnya adalah bahasa.

Model Schramm yang memperhitungkan pengalaman dua orang.
Sumber dapat menyandi dan sasaran dapat menyandi balik pesan, berdasarkan pengalaman masing-masing. Bila kedua lingkaran memiliki persamaan yang besar, maka komunikasi mudah dilakukan. Semakin besar wilayah tersebut, semakin miriplah bidang pengalaman (field of experience) yang dimiliki kedua pihak yang berkomunikasi. Bila kedua lingkaran pengalaman tidak bertemu, maka komunikasi tidak mungkin berlangsung. Bila wilayah yang berimpit kecil, artinya pengalaman sumber dan pengalaman sasaran jauh berbeda, maka sangat sulit menyapaikan makna dari seseorang ke orang lain (Mulyana, 2003)

Model komunikasi unpan balik sebagai 'lingkaran' yang berkelanjutan untuk berbagi informasi. 

Model ini merupakan penyempurnaan model Schram sebelumnya yang menempatkan pentingnya umpan balik. Dalam proses komunikasi, setiap orang sekaligus sebagai enkoder maupun decoder yang secara konstan menyandi balik tanda-tanda dari lingkungan kita, menafsirkan tanda-tanda tersebut dan menyandi sesuatu sebagai hasilnya. Proses kembali dalam model lingkaran disebut umpan balik (feed back).

George Gerbner

Profil Singkat


Lahir di Budapest, Hungaria, ia beremigrasi ke Amerika Serikat pada akhir 1939. Gerbner meraih gelar sarjana dalam jurnalisme dari Universitas California, Berkeley pada tahun 1942. Dia bekerja sebentar untuk San Francisco Chronicle sebagai penulis, kolumnis dan editor keuangan asisten . Ia bergabung dengan Angkatan Darat Amerika Serikat pada tahun 1943, dan kemudian Office of Strategic Services sementara melayani, dan menerima Bronze Star. Gerbner diberhentikan dengan hormat sebagai Letnan Pertama. Setelah perang ia bekerja sebagai penulis lepas dan humas dan mengajar jurnalisme di El Camino College sambil mendapatkan master (1951) dan doktor (1955) dalam komunikasi di University of Southern California. disertasinya, "Toward a General Theory of Communication," memenangkan penghargaan USC untuk "disertasi terbaik."

Konsep Dasar Teori Kultivasi
Pada dasarnya, Teori Kultivasi pertama kali di kemukakan oleh George Gerbner bersama rekan-rekannya di Amenberg School of Communication di Pennsylvania pada tahun 1969, dalam sebuah artikel yang berjudul “the television of violence” yang berisikan bagaimana media massa khususnya televisi menampilkan adegan-adegan kekerasan di dalamnya. Teori kultivasi ini muncul dalam situasi pada saat terjadi perdebatan antara kelompok ilmuwan komunikasi yang meyakini bahwa efek sangat kuat dari media massa.

Teori Kultivasi muncul untuk meyakinkan orang bahwa efek media massa lebih bersifat kumulatif dan lebih berdampak pada tataran social budaya ketimbang individual. Signorielli dan Morgan pada tahun 1990 mengemukakan bahwa analisis kultivasi merupakan tahapan lanjutan dari penelitian efek media yang sebelumnya dilakukan Gerbner yaitu “Cultural Indicator” yang menyelidiki Proses institusional dalam produksi isi media, image atau kesan isi media serta hubungan antara terpaan pesan televisi dengan keyakinan dan perilaku khalayak.

Dalam penelitian lanjutan yang dilakukan oleh Gerbner diketahui bahwa penonton Televisi dalam kategori berat mengembangkan keyakinan yang berlebihan mengenai dunia sebagai tempat yang berbahaya dan menakutkan. Sedangkan kekerasan yang mereka saksikan di Televisi menambah ketakutan sosial yang membangkitkan pandangan bahwa lingkungan mereka tidak aman dan tidak ada orang yang dapat dipercaya.

Kajian Teori Kultivasi
Teori Kultivasi menganalisis tayangan televisi telah menjadi teman keseharian oleh kebanyakan orang dalam keluarga di amerika serikat, karena Teori ini memprediksikan dan menjelaskan pembentukan persepsi, pemahaman, dan keyakinan jangka panjang tentang dunia ini sebagai hasil dari mengkonsumsi isi media. Gerbner (1999) mengemukakan bahwa “sebagian besar yang kita ketahui, atau yang kita piker kita ketahui, adalah tidak pernah kita alami sendiri”. Banyak hal yang kita ketahui itu karena yang kita lihat dan kita dengar dari media. Teori Kultivasi terus mengalami evolisi bertahun-tahun lamanya, melalui serangkaian metode dan teori yang dilakukan oleh Gerbner dan rekan-rekannya.

Asumsi Dasar Teori Kultivasi
Terdapat tiga asumsi dasar teori kultivasi yang dikemukakan oleh Gerbner yaitu : 1). Secara Esensial dan Fundamental Televisi berbeda dengan media yang lain. Asumsi ini menunjukkan bahwa spesifikasi keunikan dari Televisi yaitu kelebihan Televisi menjadikannya istimewa seperti televise tidak memerlukan sederetan huruf-huruf seperti halnya media cetak lainnya, televisi bersifat audio dan visual yang dapat dilihat gambar dan suaranya, Televisi tidak memerlukan Mobilitas atau memutar tayangan yang disenangi dan karena aksesibilitas dan avaibilitasnya untuk setiap orang membuat Televisi menjadi pusat kebudayaan masyarakat kita. 2). Televisi Membentuk Cara kita berfikir dan berhubungan. Asumsi ini masih berkaitan dengan pengaruh tayangan Televisi, pada dasarnya Televisi tidak membujuk kita untuk benar-benar meyakini apa yang kita lihat di Televisi, berdasarkan asumsi ini, Teori Kultivasi mensuplay alternative berfikir tentang tayangan kekerasan di Televisi. 3). Televisi Hanya Memberii Sedikit Dampak. Asumsi yang terakhir ini mungkin agak berbeda dengan asumsi dasar Teori Kultivasi, namun Gerbner memberiikan analogi ice age untuk memberi jarak antara teori kultivasi dan asumsi bahwa Televisi hanya memberikan sedikit efek atau dampak. Dalam analogi ice age menganggap bahwa Televisi tidak harus mempunyai dampak tunggal saja akan tetapi mempengaruhi penontonnya melalui dampak kecil yang tetap konstan.


J. Habermas Juergen.

Profil Singkat

Habermas merupakan filsuf dan ahli teori sosial dari Jerman. Habermas menawarkan pendekatan yang rasional dalam menentukan hal yang baik dan yang salah. Habermas merupakan tokoh kontemporer dari Frankurt School yang melahirkan Theory of Universal Pragmatics dan The Transformation of Society. Habermas juga terkenal dengan Technological Determinism-nya, yaitu pendekatan yang menyatakan bahwa teknologi adalah salah satu faktor terpenting penyebab perubahan sosial.

Terori Habernas

Habermas mengatakan bahwa masyarakat harus dipahami sebagai perpaduan tiga kepentingan utama : kerja, interaksi dan kekuasaan.  Ketiga kepentingan itu sama-sama penting. Kerja, sebagai kepentingan pertama, meliputi kemampuan menghasilkan sumberdaya material. Karena sifatnya yang highly instrumental nature — yang hasilnya adalah objek-objek konkrit, maka kerja pada dasarnya adalah “technical interest”, kepentingan teknis.  Di dalamnya berlaku rasionalisasi instrumental dan diwakili oleh ilmuwan empiris-analitis.  Dengan kata lain, teknologi digunakan  sebagai alat guna mencapai tujuan praktis dan itu diasarkan pada riset ilmiah.  Misalnya desainer  komputer , pembangun jembatan, para ahli yang menempatkan satelite di dalam orbitnya, pelaku organisasi/ kementerian, dan para ahli dengan kemampuan penanganan medis.

Kepentingan utama kedua adalah interaksi, atau penggunaan bahasa dan sistim simbol komunikasi lainnya.  Karena kerjasama sosial merupakan suatu keharusan untuk bisa bertahan hidup, Habermas menyebut item yang kedua ini sebagai “practical interest” atau kepentingan praksis. Ini mencakup rasionalisasi praksis dan diwakili oleh ilmu pengetahuan historis dan hermeneutik.  Kepentingan interaksi dapat dilihat dalam berbagai pidato, konferensi, psychoteraphy, hubungan antarkeluarga, dan segala bentuk usaha kerjasama.


Kepentingan utama yang ketiga adalah power, atau kekuasaan.  Tatanan sosial biasanya mengarahkan pada pembagian kekuasaan, namun kita juga berkepentingan untuk terbebas dari dominasi. Kekuasaan cenderung mendistorsi komunikasi, namun dengan kesadaran akan ideologi yang mendominasi di dalam masyarakat, kelompok-kelompok bisa memberdayakan mereka sendiri menuju transformasi sosial.  Akibatnya, kekuasaan menjadi “kepentingan emansipatory”.  Rasionalisasi  yang terjadi dalam kepentingankekuasaan ini berupa ‘self-reflection’ dan jenis ilmu pengetahuan  yang berkaitan dengan hal ini adalah  critical theory. Menurut Habermas, jenis pekerjaan yang dilakukan oleh teoritisi kritis yang selanjutnya akan didiskusikan dalam bahasan nanti termasuk emancipatory  karena ia bisa memberdayakan kelompok-kelompok lain yang tidak memiliki kekuasaan.

Carl Hovland

Profil Singkat

Hovland lahir di Chicago, 12 Juni 1912. Memasuki Universitas Nothwestern sampai tingkat master. Ia melanjutkan ke program doktor pada Program Psikologi di Universitas Yale karena tertarik pada Clark Hull, seorang akademisi yang beraliran behaviorisme. Kepribadian Hovland sangat menarik. Dia seorang pendengar yang baik, pendiam, dan sedikit berbicara, tetapi dengan kemampuan luar biasa
Hovland diakui sangat jenius dan produktif. Dia dapat melakukan pekerjaan yang kompleks sekaligus, seperti mengedit naskah, berbicara lewat telepon, dan memasang slide. Pendekatan Hovland seringkali cenderung elektik yakni memakai banyak pendekatan daripada satu perspektif. Ujung karier Hovland adalah ketika dia diketahui menderita kanker dan meninggal. Hovland sebagaimana Laswell merupakan staff pengajar di Yale University yang tergolong universitas elit di Amerika. Penelitian Hovland tentang persuasi secara tidak langsung banyak dipengaruhi oleh teori-teori yang dikembangkan Freud. Hovland dikenal dengan penelitian-penelitian tentang persuasi dengan metode eksperimen. Karya penelitian Hovland diantaranya adalah tentang dampak film bagi pembangunan moral prajurit dalam manghadapi Perang Dunia II.

Teori perubahan sikap ( attitude change theory )

Menurut Carl Hovland, teori perubahan sikap ( attitude change theory ) memberikan penjelasan bagaimana sikap seseorang terbentuk dan bagaimana sikap seseorang itu dapat berubah melalui proses komunikasi dan bagaimana sikap itu dapat mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang.

Dalam teori perubahan sikap ( attitude change theory ) menyatakan bahwa seseorang akan mengalami proses ketidaknyamanan di dalam dirinya  bila dihadapkan pada sesuatu yang baru yang bertentangan dengan keyakinannya. Sehingga membutuhkan waktu untuk menganalisa sehingga sampai pada sebuah keyakinan untuk mengambilnya atau tidak sesuai dengan tabiatnya.

Dalam upaya mengurangi ketidaknyamanan tersebut, seseorang secara otomatis akan melakukan tiga proses selektif yaitu:

Penerimaan Informasi Selektif
Merupakan proses dimana orang hanya akan menerima informasi yang sesuai dengan sikap atau kepercayaan yang sudah dimilikinya.

Ingatan Selektif
Ingatan selektif mengasumsikan orang tidak mudah lupa atau sangat mengingat pesan yang sesuai dengan sikap atau kepercayaan yang sudah dimiliknya.

Persepsi Selektif

Orang akan memberikan interpretasinya terhadap setiap pesan yang diterimanya sesuai dengan sikap atau kepercayaan yang sudah dimilikinya.

Robert K. Merton

Profil Singkat

Merton lahir sebagai anak imigran dari sebuah daerah kumuh di Philadelphia Utara. Merton memperoleh gelar BA dari Universitas Temple pada Program Sosiologi. Selama 3 tahun Merton mengajar kemudian menjadi associate professor, selanjutnya menjadi profesor serta pimpinan pada Departemen Sosiologi di Tulane University hingga dipanggil Universitas Colombia pada tahun 1941
. Melalui tulisannya di tahun 1938 yang berjudul Social Structure and Anomie, mengantarkan Merton menjadi ahli teori sosial muda. Menurut Merton, baik kesesuaian (conformity) maupun penyimpangan (deviation) sama-sama produk dari struktur sosial. Merton dikenal sebagai intelektual perkotaan yang sangat dihargai karena pilihan kata-katanya, baik dalam tulisan maupun pembicaraan. Lazarsfeld sangat menghargainya dan menyebutnya sebagai “tuan sosiologi negeri ini (Amerika)”. Merton juga seorang sarjana komunikasi massa. Merton mengkaji bersama-sama dengan Fiske dan Curtis tentang jarinagn radio CBS. Merton merupakan pengajar di Universitas Columbia dalam kurun waktu 35 tahun bersama dengan Lazarsfeld. Merton dikenal sebagai ahli ilmu sosial, sedangkan Lazarsfeld sebagai ahli metode penelitian kuantitatif yang mempelajari dampak komunikasi. Keberadaan dua figur ini di tahun 1941 ikut menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi merosotnya pamor Chicago School. Pada tahun 1943 Merton menjadi Direktur Pembantu di Bureau of Applied Social Research yang dipimpin Lazarsfeld di Columbia University. Salah satu jasa penting Merton adalah kecenderungan Merton membawa middle range theory dalam kajian komunikasi. Karya Merton yang terkenal adalah Social Theory and Social Structure (1949).

Teori Struktural Fungsional

Fungsionalis Struktural Robert K. Merton dapat diidentifikasikan dengan penelitiannya pada masyarakat Amerika Serikat, kelahiran teori sosial Merton berkaitan dengan situasi politik, ekonomi dan budaya dimana konteks teori sosial itu berada ditengah masyarakat. Merton berargumen bahwa fokus dari fungsionalis struktural harus diarahkan pada fungsi-fungsi sosial, yang menurut Merto, fungsi didefinisikan sebagai “konsekuensi-konsekuensi yang disadari dan yang menciptakan adaptasi atau penesuaian sistem sosial” (1949/1968: 105). Akan tetapi terdapat bias ideologi jika orang hanya memusatkan perhatiannya pada adaptasi atau penyesuaian, karena adanya konsekuensi positif, dan perlu kita ketahui bahwa fakta sosial dapat mengandung konsekuensi negatif bagi fakta sosial lain.
Untuk mensintesiskannya, maka Merton mengembangkan gagasannya mengenai disfungsi. Seperti halnya pada penelitian Merton mengenai Perbudakan di Amerika Serikat , yang berpendapat bahwa di Amerika Serikat belahan selatan perbudakan itu mengandung konsekuensi negatif bagi bagian-bagian lainnya. Namun, bagi orang kulit putih di bagian Amerika Serikat belahan selatan justru mengandung konsekuensi positif karena tersedianya tenaga kerja murah, dukungan bagi ekonomi kapas dan status sosial. Ini mengandung disfungsi, misalnya membuat warga selatan terlalu tergantung pada ekonomi pertanian dan dengan demikian masyarakat tidak siap enghadapi industrialisasi.
Setelah Merton memaparkan tentang disfungsi, kini ia telah mengemukakan gagasannya tentang nonfungsi, yang didefinisikan sebagai konsekuensi yang tidak relevan bagi sistem tersebut. termasuk di dalamnya adalah bentuk-bentuk sosial yang “masih bertahan” sejak masa awal sejarah, entah itu mengandung konsekuensi positif maupun negatif masa lalu, tidak adanya efek yang signifikan bagi masyarakat sekarang.
Merton mengembangkan konsep keseimbangan mapan, untuk menjawab pertanyaan lebih penting manakah fungsi-fungsi positif atau negatif. Ia juga menambahkan gagasan, pasti ada level analisis fungsional, bahwa analisis dapat juga dilakukan terhadap organisasi, institusi atau kelompok.
Merton menjelaskan bahwa di dalam keseimbangan mapan, perbudakan itu sifatnya fungsional bagi unit-unit sosial tertentu, dan juga disfungsional bagi unit-unit sosial lain.
Konsep fungsi manifes dan fungsi laten dan mengarah pada konsep lainnya yaitu konsekuensi yang tidak terantisipasi. Menurut Merton, fungsi manifes pada perbudakan di Amerika Serikat, misalnya meningkatkan produktivitas ekonomi kawasan Selatan. Dan fungsi latennya yaitu adanya peningkatan status sosial warga kulit putih di Selatan karena terlalu banyak penghasil kelas budak.
Merton menjelaskan bahwa konsekuensi yang tidak diantisipasi itu tidaklah sama dengan fungsi laten, karena fungsi laten merupakan suatu tipe konsekuensi yang tidak terantisipasi dan sesuatu yang fungsional bagi sistem yang dirancang. Ada dua jenis konsekuensi tidak terantisipasi, yakni “hal-hal yang disfungsional bagi sistem yang telah ada dan itu mencakup disfungsi laten” dan “hal-hal yang tidak relevan dengan sistem yang mereka pengaruhi secara fungsioanl ataupun disfungsional…konsekuensi-konsekuensi nonfungsional” (Merton, 1949/1968: 105).
Sementara itu, adanya diskriminasi terhadap kulit hitam, perempuan, dan kelompok minoritas lain merupakan disfungsi bagi masyarakat Amerika Serikat. Akan tetapi, hal ini juga mempengaruhi pihak-pihak yang melakukan diskriminasi dengan memberikan terlalu banyak orang yang berada dibawah perlindungan ketat dan meningkatnya konflik sosial. Dari kondisi ini, klasifikasi teori fungsional dapat mengarah pada suatu struktur yang disfungsional bagi sistem secara keseluruhan dan mungkin terus berlangsung. Namun, tidak semuanya struktur sosial itu tidak dapat diubah oleh sistem sosial, serta fungsionalisme itu membuka jalan bagi perubahan sosial penuh makna.
Analisis Merton mengenai hubungan antara kebudayaan, struktur dan anomi yakni ketidakmampuan bertindak menurut nilai-nilai normatif karena posisinya berada dalam struktur sosial masyarakat, serta kebudayaan menghendaki adanya beberapa jenis perilaku yang dicegah oleh struktur sosial.
Dalam hal ini, Merton lebih terfokuskan pada disfungsi, yaitu anomi. Ia menghubungkan anomi dengan penyimpangan, dan berpendapat bahwa disjungsi antara kebudayaan dengan struktur akan melahirkan konsekuensi disfungsional yaitu munculnya penyimpangan dalam masyarakat.

Paul F. Lazarsfeld

Profil Singkat

Lazarsfeld lahir dan menghabiskan tiga puluh tahun pertama hidupnya di Wina. Lazarsfeld melihat ayahnya sebagai pengacara yang sangat miskin dan tidak sukses. Kehidupan Lazarsfeld merupakan perpaduan antara dunia akademik dan bisnis. Ibunya tidak memiliki pendidikan formal, tetapi dikenal sebagai penulis buku How the woman Experiences the Male yang terbit di Eropa tahun 1931. Lazarsfeld memperoleh bekal pendidikan yang memadai sebagaimana tipikal anak-anak kalangan menengah di Wina. Pada tahun 1925, dalam usia 24 tahun, Lazarsfeld memperoleh gelar doktor dalam matematika terapan dari Universitas Wina. Lazarsfeld merupakan salah seorang pemikir dan ahli ilmu sosial eropa yang muncul pada awal PD II. Dia menyebut dirinya sebagai positivis eropa. Lazarsfeld dikenal dengan lembaganya The Bureau of Applied Social Research yang banyak melakukan penelitian tentang radio dan surat kabar.


Dia mendapat bantuan dana dari kalangan pengusaha industri media yang memesan penelitian untuk mengaji efektivitas isi pesan media.

Lazarsfeld merupakan seorang perintis dalam penelitian survei yang menyarankan 3 persyaratan tentang desain dan pemikiran penelitian, yaitu:

Penyebab harus mendahului dampak pada waktunya
Variabel harus secara empiris berhubungan satu sama lain
Desain harus membuat pasti hubungan sebab-akibat.
Yang menonjol dari fenomena Lazarsfeld adalah terjadinya pergeseran orientasi dalam studi komunikasi pada kajian tentang dampak media. hasil penelitian Lazarsfeld menunjukkan terdapatnya efek yang minimal dari media massa.

Lazarsfeld tidak begitu akrab dengan teori kritis sekalipun ia adalah anggota Frankfurt School. Pada sisi lain, kedekatan Lazarsfeld dengan Universitas Columbia telah memperkenalkannya pada karya-karya teoritikus Robert K. Merton dan selanjutnya bekerjasama dalam kajian komunikasi massa dan studi komunitas yang menjadi bagian integral dari struktural fungsional Universitas Columbia. Dia mengupayakan keahlian ilmu sosial yang ilmiah dan pendekatan baru pada peran komunikasi di masyarakat Amerika.

Dalam serangkaian studi yang dimulai dengan The People’s Choice, Lazarsfeld membangun sebuah metodologi yang menekankan pada studi panel dan sosiometri. Paradigma personal influence yang pertama kali disebut oleh Lazarsfeld dan Elihu Katz merupakan kritik terhadap Hypodermic Needle Theory yang memercayai pengaruh media sangat kuat. Lazarsfeld memercayai adanya 4 hal dalam proses pembuatan keputusan sehari-hari, yaitu pemasaran, busana, kejadian publik, dan kebiasaan pergi ke bioskop.

Karya penting Lazarsfeld, The Personal Influence, yang diterbitkan tahun 1955 didasarkan pada data penelitian tahun 1945. Studi two step flow of communication dalam The Peopl’s Choice yang diterbitkan tahun 1948 merupakan hasil penelitian tahun 1941. Fokus penelitian pertama ini adalah pada faktor-faktor yang memengaruhi tingkah laku memilih dan penemuan Lazarsfeld menyatakan bahwa media massa memainkan peran yang kecil dalam proses perubahan sikapdan opini. Justru yang paling memengaruhi perubahan sikap dan opini tersebut adalah yang ada dalam kelompok utama.

Pada tahun 1945 (awal era nuklir dan jajak pendapat) Lazarsfeld mengamati bahwa bentuk organisasi sosial yang seharusnya disesuaikan dengan penemuan apapun yang sedang dibuat.dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan tertutup yang dapat digali oleh peneliti sosial, Lazarsfeld dan perusahaan yang membiayai menyempitkan perhatian pada dampak media. Para peneliti ini membawa pada komunikasi dua tahap dan sebuah Model Personal Influenceyang menyatakan bahwa media massa tidak sebagai kekuatan dominan dan utama, tetapi beroperasi di dalam komunikasi interpersonal dan sejumlah pengaruh sosialisasi.

Karya-karya Paul F. Lazarsfeld

Radio and the Printed Page: an Introduction to the Study of Radio and Its Role in the Communication of Ideas (1940)
Remarks on Administrative and Critical Communication Research dalamStudies in Philosophy and Social Science 9 (1941)
Mathematical Thinking in the Social Science (1954)
Bersama Bernard Berelson dan Hazel Gaudet, The People’s Choice: How the Voter Makes Up His Mind in a Presidental Campaign (1944/1948/1968)
Bersama Elihu Katz, The Personal Influence (1955)

An Episode in the History of Social Research: a Memoir (1962)

Everett M. Rogers

Profil Singkat

Rogers memiliki konsep yang disebut Rogers-Farace Coding System (one up, one down, dan one across) yang dapat digunakan untuk menghitung pertukaran pesan komunikasi.
Sistem koding ini telah digunakan pada sejumlah bidang mulai dari interaksi polisi dengan negoisasi buruh, anak-anak yang tidak dapat belajar, wawancara pekerjaan, interaksi di ruang kelas, pertemuan staf dengan manajer hingga konteks perkawinan dan sistem keluarga. Rogers dikenal dengan tulisan-tulisannya tentang difusi inovasi dan jaringan komunikasi. Terdapat beberapa buku karya Rogers yang terkenal diantaranya Communication Network, Communication Technology New Media in Society, History of Communication Study a Biographical Approach dan Organization Communication. Rogers termasuk ilmuwan yang merasakan terdapatnya aspek lain selain pendekatan scientific yang cenderung memandang komunikasi sebagai proses yang linier. Seperti Schramm, Rogers juga datang dari disiplin lain, kemudian tertarik mempelajari komunikasi dan dalam perkembangannya menetap menekuni ilmu komunikasi. Rogers meraih gelar master dari Iowa State University. Rogers meraih gelar doktor tahun 1957 dengan disertasi bertema tentang difusi inovasi pertanian di antara para petani di sebuah masyarakat pedesaan di Iowa. Setelah mendapat gelar doktor, Rogers pindah ke Ohio State University sebagai asisten profesor dalam sosilogi pedesaan dengan spesialisasi difusi inovasi. Di tempat ini Rogers aktif melakukan berbagi penelitian komuniaksi yang banyak dilakuakn secara lintas departemen. Pada tahun 1964 Rogers pindah ke Michigan State University dan bersama-sama dengan David K. Berlo membina jurusan ilmu komunikasi. Rogers mengabdi di michigan State University hingga tahun 1972 kemudian pindah ke Stanford University. Di sini Rogers menggantikan Schramm sebagai Ketua Departemen Komunikasi. Terakhir Rogers memimpin Departemen Komuniaksi University of New Mexico di negara bagian selatan amerika. Secara formal Rogers berasal dari sosiologi, tetapi perhatiannya lebih banyak pada komunikasi.

Teori Difusi Inovasi


Teori difusi inovasi telah ada sejak tahun 1950-an. Pada saat itu pemerintah Amerika Serikat ingin mengetahui bagaimana dan mengapa sebagian petani di sana mengadopsi teknik-teknik baru dalam pertanian dan sebagian lainnya tidak. Everett M Rogers pada waktu itu menjadi bagian dari tim eksplorasi ini. Meskipun pada awalnya teori difusi ini ditujukan untuk memahami difusi dari teknik-teknik pertanian tapi pada perkembangan selanjutnya teori difusi ini digunakan pada bidang-bidang lainnya.
Pada tahun 1962 Everett Rogers menulis sebuah buku yang berjudul “ Diffusion of Innovations “ yang selanjutnya buku ini menjadi landasan pemahaman tentang inovasi, mengapa orang mengadopsi inovasi, faktor-faktor sosial apa yang mendukung adopsi inovasi, dan bagaimana inovasi tersebut berproses di antara masyarakat.
Rogers menyatakan bahwa inovasi adalah “an idea, practice, or object perceived as new by the individual.” (suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap/dirasa baru oleh individu). Dengan definisi ini maka kata perceived menjadi kata yang penting karena pada mungkin suatu ide, praktek atau benda akan dianggap sebagai inovasi bagi sebagian orang tetapi bagi sebagian lainnya tidak, tergantung apa yang dirasakan oleh individu terhadap ide, praktek atau benda tersebut.
Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. Difusi dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial.
Proses difusi inovasi melibatkan empat unsur utama, meliputi
1. Innovation ( Inovasi), yaitu ide, praktek, atau benda yang dianggap baru oleh individu atau kelompok.
2. Communication channel ( saluran komunikasi ), yaitu bagaimana pesan itu didapat suatu individu dari individu lainnya.
3. Time ( waktu ), ada tiga faktor waktu, yaitu :
•Innovation decision process ( proses keputusan inovasi )
•Relative time which an inovation is adopted by individual or group. 
( waktu relatif yang mana sebuah inovasi dipakai oleh individu atau kelompok )
•Innovation’s rate of adoption ( tingkat adopsi inovasi )
4. Social System ( sistem sosial ), yaitu serangkaian bagian yang saling berhubungan dan bertujuan untuk mencapai tujuan umum.

Lebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi dan argumen yang cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Teori tersebut antara lain menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi. Variabel yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi tersebut mencakup (1) atribut inovasi (perceived atrribute of innovasion), (2) jenis keputusan inovasi (type of innovation decisions), (3) saluran komunikasi (communication channels), (4) kondisi sistem sosial (nature of social system), dan (5) peran agen perubah (change agents). 

Harold D. Laswell

Profil Singkat


Laswell lahir di Donnelson, Illinois. Ayahnya seorang menteri dan ibunya seorang guru SMU. Laswell memiliki minat baca yang luas. Pamannya yang seorang dokter pernah memberi dia sebuah buku dari perkuliahan Freud pada tahun 1909 di Clark University. Buku ini besar pengaruhnya terhadap minat Laswell dalam memakai pendekatan psikoanalisis dalam mengkaji peran kepribadian dalam politik. Sejak di SMU Laswell telah menjadi redaktur surat kabar sekolah.Potensi akademisnya mengantarkannya memperoleh beasiswa belajar di Universitas Chicago dan mengambil ilmu ekonomi.Di tahun 1992 Laswell mangambil program doktor untuk ilmu politik. Dalam konteks kajian ilmu komunikasi, Laswell tidak pernah menyebut diri sebagai ilmuwan ilmu komunikasi, tetapi kita berutang pada Laswell karena pemikiran dan tulisan-tulisannya banyak dijadikan rujukan dalam kajian ilmu komunikasi. Laswell mengkaji pembentukan opini publik, peran pemimpin politik, dan analisis isi media massa. Laswell kemudian mengajarkan kursus tentang propaganda dan opini publik di Universitas Chicago. Sekarang kita kenal juga dengan kajian komunikasi massa. Laswell berkenalan dengan ilmu komuniaksi melalui pertemuan rutin yang diadakan di kantor pemerintah fedral dan kantor pemerintah AS dalam rangka menghadapi PD II. Laswell sebagaimana akademisi dari berbagai disiplin ilmu sosial lain, seperti rombongan imigran dari Eropa (Lewin, Lazarsfeld, Hovland), terlibat aktif membicarakan peran komunikasi dalam rangka membangkitkan kesadaran publik Amerika dalam menghadapi ancaman PD II. Teori Laswell yang sangat dikenal adalah model komunikasi Who-Says What-in Which Channel-to Whom-with What Effect. Model ini pertama kali dipublikasikan dalam sebuah laporan dari Rockfeller Foundation Communication Seminar pada 1 November 1940. Yang dilakukan Laswell menyangkut propaganda adalah membuat metode penelitian komunikasi yang dikenal sebagai content analysis atau analisis isi. Salah satu karya Laswell yang penting adalah tiga jilid buku Propaganda and Communication in World History. Ini merupakan sebuah karya penting dalam perjalanan karier akademiknya yang panjang. Laswell sering dikelompokkan sebagai the forerunner of the field of communication yang berasal dari Universitas Chicago. Maksudnya mereka yang mengkaji komunikasi, tetapi kemudian kembali ke disiplin awalnya. Laswell kembali ke dasar ilmunya di ilmu politik.

MODEL KOMUNIKASI LASSWELL

Teori komunikasi Harold Lasswell merupakan teori komunikasi awal (1948). Lasswell menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan : Who, Says What, In Which Channel, To Whom, With What Effect (Siapa Mengatakan Apa Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa). Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik (paradigmatic question) Lasswell itu merupakan unsur-unsur proses komunikasi, yaitu Communicator (Komunikator), Message (Pesan), Media (Media), Receiver (Komunikan/Penerima), dan Effect (Efek). Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah pesan yang disampaikan kepada komunikan (penerima) dari komunikator (sumber) melalui saluran-saluran tertentu baik secara langsung/tidak langsung dengan maksud memberikan dampak/effect kepada komunikan sesuai dengan yang diingikan komunikator. Yang memenuhi 5 unsur who, says what, in which channel, to whom, with what effect.


BAGAN PROSES KOMUNIKASI
  1. Who (siapa/sumber) 
Who dapat diartikan sebagai sumber atau komunikator yaitu, pelaku utama atau pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi dan yang memulai suatu komunikasi, bisa seorang individu,kelompok,organisasi,maupun suatu negara sebagai komunikator. Pihak tersebut bisa seorang individu, kelompok, organisasi, maupun suatu Negara sebagai komunikator.
  1. Says what (pesan)
Says menjelaskan apa yang akan disampaikan atau dikomunikasikan kepada komunikan (penerima), dari komunikator (sumber) atau isi informasi. Apa yang akan disampaikan/dikomunikasikan kepada penerima(komunikan),dari sumber(komunikator)atau isi informasi.Merupakan seperangkat symbol verbal/non verbal yang mewakili perasaan,nilai,gagasan/maksud sumber tadi. Ada 3 komponen pesan yaitu makna,symbol untuk menyampaikan makna,dan bentuk/organisasi pesan.
  1. In which channel (saluran/media)
Saluran/media adalah suatu alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator (sumber) kepada komunikan (penerima) baik secara langsung (tatap muka) maupun tidak langsung (melalu media cetak/elektronik).
  1. To whom (siapa/penerima)
Sesorang yang menerima siapa bisa berupa suatu kelompok, individu, organisasi atau suatu Negara yang menerima pesan dari sumber.Hal tersebut dapat disebut tujuan (destination), pendengar (listener), khalayak (audience), komunikan, penafsir, penyandi balik (decoder).
  1. With what effect (dampak/efek)
Dampak atau efek yang terjadi pada komunikan (penerima) seteleh menerima pesan dari sumber seperti perubahan sikap dan bertambahnya pengetahuan.
Paradigma komunikasi Lasswell mengisyaratkan:
Komunikasi harus memiliki efek, yakni terjadinya perubahan perilaku audience, adalah :

  • Terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan (kognitif)
  • Terjadinya perubahan pada tingkat emosi/perasaan (afektif)
  • Terjadinya perubahan pada tingkat tingkah laku (psikomotor)

KURT LEWIN ZADEK

Kurt Lewin lahir pada tanggal 9 September 1890 disuatu desa kecil di Prusia, daerah dosen. Ia adalah anak kedua dari empat bersaudara, Lewin menyelesaikan sekolah menengahnya di Berlin tahun 1905 kemudian ia masuk Universitas di Freiburg dengan maksud belajar ilmu kedokteran, tetapi ia segera melepaskan idenya ini dan setelah satu semester belajar psikologi pada universitas di sana. Setelah meraih gelar doktornya pada tahun 1914, Lewin bertugas di ketentaraan Jerman selama empat tahun. Pada akhir perang ia kembali ke Berlin sebagai instruktur dan asisten penelitian pada lembaga Psikologi.

Lewin menghabiskan sisa sisa hidupnya di Amerika Serikat. Ia adalah profesor dalam bidang psikologi anak-anak pada Universitas Cornell selama dua tahun (1933-1935) sebelum dipanggil ke Universitas negeri Iowa sebagai profesor psikologi pada Badan Kesejahteraan Anak. Pada tahun 1945, Lewin menerima pengangkatan sebagai profesor dan direktur Pusat Penelitian untuk dinamika kelompok di Institut Teknologi Massachussetts. Pada waktu yang sama, ia menjadi direktur dari Commission of Community Interrelation of The Amerika Jewish Congress, yang aktif melakukan penelitian tentang masalah masalah kemasyarakatan. Ia meninggal secara mendadak karena serangan jantung di Newton Ville, Massachussetts, pada tanggal 9 Februari 1947 pada usia 56 tahun.

HASIL PENELITIAN KURT LEWIN

Kurt Lewin mengadakan penyelidikan-penyelidikan mengenai peranan “suasana kelompok” terhadap prestasi kerja dan efisiensi pekerjaan kelompok itu. Eksperiman yang terkenal dari Lewin yaitu lippit dan white (1939-1940) yang bertujuan untuk meneliti pengaruh atau peranan dari 3 macam pimpinan terhadap suasana dan cara kerja kelompok. Hasil eksperimennya diketahui bahwa cara dalm kepemimpinan ada 3, daiantaranya :
-Otoriterlah pemimpin menentukan segala-galanya yang akan dibuat kelompok.
-Demokratisdimana kegiatan, tujuan umum, dan cara-cara kerja kelompok dimusyawarahkan bersama
-LaissezFaire adalah pemimpin yang acuh tak acuh dan menyerahkan penentuan segala cara dan tujuan kegiatan serta cara-cara pelaksanaannya adalah kepada anggota kelompok itu sendiri.

Hasil-hasil eksperimen yang dilakukan menyatakan bahwa cara-cara kepemimpinan yang berlainan itu mempunyai pengaru-pengaruh yang berlainan pula terhadap suasana kerja kelompok, cara-cara bertingkah laku dan cara kerja kelompok dalam melaksanakan tugasnya masing-masing.
Dinamika Kepribadian

1. Enerji
Menurut Lewin manusia adalah system energi yang kompleks. Energi muncul dari perbedaan tegangan antar sel atau antar region. Tetapi ketidakseimbangan dalam tegangan juga bias terjadi antar region di system lingkungan psikologis.
2. Tegangan
Tegangan ada dua yaitu tegangan yang cenderung menjadi seimbang dan cenderung untuk menekan bondaris system yang mewadahinya.
3. Kebutuhan
Menurut Lewin kebutuhan itu mencakup pengertian motif, keinginan dan dorongan. Menurut Lewin kebutuhan ada yang bersifat spesifik yang jumlahnya tak terhingga, sebanyak keinginan spesifik manusia.

Tindakan (Action)
Disini dibutuhkan dua konsep dalam tindakan yang bertujuan didaerah lingkungan psikologis.
Valensi
Adalah nilai region dari lingkungan psikologis bagi pribadi. Region dengan valensi positif dapat mengurangi tegangan pribadi, akantetapi region dengan valensi negative dapat meningkatkan tegangan pribadi (rasa takut).

Vektor
Tingkah laku atau gerak seseorang akan terjadi kalau ada kekuatan yang cukup yang mendorongnya. Meminjam dari matematika dan fisika, Lewin menyebut kekuatan itu dengan nama Vektor. Vektor digambar dalam ujud panah, merupakan kekuatan psikologis yang mengenai seseorang, cenderung membuatnya bergerak ke arah tertentu. Arah dan kekuatan vektor adalah fungsi dari valensi positif dan negatif dari satu atau lebih region dalam lingkungan psikologis. Jadi kalau satu region mempunyai valensi positif (misalnya berisi makanan yang diinginkan), vektor yang mengarahkan ke region itu mengenai lingkaran pribadi. Kalau region yang kedua valensinya negatif (berisi anjing yang menakutkan), vektor lain yang mengenai lingkaran pribadi mendorong menjauhi region anjing. Jika beberapa vektor positif mengenai dia, misalnya, jika orang payah – dan lapar – dan makanan harus disiapkan, atau orang harus hadir dalam pertemuan penting – dan tidak punya waktu untuk makan siang, hasil gerakannya merupakan jumlah dari semua vektor. Situasi itu Bering melibatkan konflik, topik yang penelitiannya dimulai oleh Lewin dan menjadi topik yang sangat Iuas dari Miller dan Dollard.

Lokomosi
Lingkaran pribadi dapat pindah dari satu tempat ketempat lain di dalam daerah lingkungan psikologis. Pribadi pindah ke region yang menyediakan pemuasan kebutuhan pribadi-dalam, atau menjauhi region yang menimbulkan tegangan pribadi-dalam. Perpindahan lingkaran pribadi itu disebut lokomosi (locomotion). Lokomosi bisa berupa gerak fisik, atau perubahan fokus perhatian. Dalam kenyataan sebagian besar lokomosi yang sangat menarik perhatian psikolog berhubungan dengan perubahan fokus persepsi dan proses atensi.

Event
Lewin menggambarkan dinamika jiwa dalam bentuk gerakan atau aksi di daerah ruang hidup, dalam bentuk peristiwa atau event. Telah dijelaskan di depan, bahwa peristiwa (event) adalah hasil interaksi antara dua atau Iebih fakta balk di daerah pribadi maupun di daerah lingkungan. Komunikasi (hubungan antar sel atau region) dan lokomosi (gerak pribadi) adalah peristiwa, karena keduanya melibatkan dua fakta atau lebih. Ada tiga prinsip yang menjadi prasyarat terjadinya suatu peristiwa; keterhubungan (related¬ness), kenyataan (concretness), kekinian (contemporary), sebagai berikut:
1. Keterhubungan: Dua atau lebih fakta berinteraksi, kalau antar fakta itu terdapat hubungan-hubungan tertentu, mulai dari hubungan sebab akibat yang jelas, sampai hubungan persamaan atau perbedaan yang secara rasional tidak penting.
2. Kenyataan: Fakta harus nyata-nyata ada dalam ruang hidup. Fakta potensial atau peluang yang tidak sedang eksis tidak dapat mempengaruhi event masa kini. Fakta di luar lingkungan psikologis tidak berpengaruh, kecuali mereka masuk ke ruang hidup.
3. Kekinian: Fakta harus kontemporer. Hanya fakta masa kini yang menghasilkan tingkahlaku masa kini. Fakta yang sudah tidak eksis tidak dapat menciptakan event masa kini. Fakta peristiwa nyata di masa lalu atau peristiwa potensial masa mendatang tidak dapat menentukan tingkahlaku saat ini, tetapi sikap, perasaan, dan fikiran mengenai masa Ialu dan masa mendatang adalah bagian dari ruang hidup sekarang dar mungkin dapat mempengaruhi tingkahlaku. Jadi, ruang hidup sekarang harus mewakili isi psikologi masa lalu, sekarang, dan masa mendatang.


Event digambarkan dalam suau topografi yang melibatkan unsur-unsur ruang hidup, valensi, vektor, region, dan permeabilitas bondaris. dicontohkan event seorang anak yang menginginkan permen yang dijual di sebuah toko. Hanya tergambar 3 vektor yang terlibat dalam event itu. Pada kasus yang sebenarnya, variabel yang terlibat dalam suatu peristiwa bisa sangat banyak sehingga topografi menjadi ilustrasi yang sangat kompleks.

Konflik
Konflik terjadi di daerah lingkungan psikologis. Lewin mendefinisikar konflik sebagai situasi di mana seseorang menerima kekuatan-kekuatan yang sama besar tetapi arahnya berlawanan. Vektor-vektor yang mengenai pribadi, mendorong pribadi ke arah tetentu dengan kekuatan tertentu. Kombinasi dari arah dan kekuatan itu disebut jumlah kekuatan (resultant force), yang menjadi kecenderungan lokomosi pribadi (lokomosi psikologikal atau fisikal). Ada beberapa jenis kekuatan, yang bertindak seperti vektor, yakni:
1. Kekuatan pendorong (driving force): menggerakkan, memicu terjadinya lokomosi ke arah yang ditunjuk oleh kekuatan itu.
2. Kekuatan penghambat (restraining force): halangan fisik atau sosia menahan terjadinya lokomosi, mempengaruhi dampak dari kekuatan pendorong
3. Kekuatan kebutuhan pribadi (forces corresponding to a persons needs): menggambarkan keinginan pribadi untuk mengerjakan sesuatu.
4. Kekuatan pengaruh (induced force): menggambarkan keinginan dari orang lain (misalnya orang tua atau teman) yang masuk menjadi region lingkungan psikologis.
5. Kekuatan non manusia (impersonal force): bukan keinginan pribadi tetapi juga bukan keinginan orang lain. Ini adalah kekuatan atau tuntutan defaqto atau objek.

Konflik tipe 1:
Konflik yang sederhana terjadi kalau hanya ada dua kekuatan berlawana¬yang mengenai individu. Konflik semacam ini disebut konflik tipe 1. Ada tiga macam konflik tipe 1:
1. Konflik mendekat-mendekat, dua kekuatan mendorong ke arah yang berlawanan, misalnya orang dihadapkan pada dua pilihan yang sama¬sama disenanginya.
2. Konflik menjauh-menjauh, dua kekuatan menghambat ke arah yang yang berlawanan, misalnya orang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama tidak disenanginya.
3. Konflik mendekat-menjauh, dua kekuatan mendorong dan menghambat muncul dari satu tujuan, misalnya orang dihadapkan pada pilihan sekaligus mengandung unsur yang disenangi dan tidak disenanginya.
Konflik tipe 2:
Konflik yang kompleks bisa melibatkan lebih dari dua kekuatan. Konflik yang sangat kompleks dapat membuat orang menjadi diam, terpaku atau terperangkap oleh berbagai kekuatan dan kepentingan sehingga dia tidak dapat menentukan pilihan, adalah konflik tipe 2

Konflik tipe 3

Orang berusaha mengatasi kekuatan-kekuatan penghambat,sehingga konflik menjadi terbuka,ditandai sikap kemarahan,agresi,pemberontakan atau sebaliknya penyerahan diri yang neorotik. Pertentangan antar kebutuhan pribadi-dalam,konflik antar pengaruh,dan pertentangan antar kebutuhan dengan pengaruh,menimbulkan pelampiasan usaha untuk mengalahkan kekuatan penghambat.

Tingkat Realita
Konsep realita menurut Lewin adalah realita berisi lokomosi aktual,dan tak-tak realita berisi lokomosi imajinasi. Realita dan tak realita adalah suatu kontinum dari ekstrim realita sampai ekstrim tak realita. Lokomosi mempunyai tingkat realita dan tak realita berbeda-beda.

Menstuktur Lingkungan
Lingkungan psikologi adalah konsep yang sangat mudah berubah. Dinamika dari lingkungan dapat berubah dengan 3 cara yakni:
Perubahan valensi : Region bisa berubah secara kuantitatif-valensinya§ semakin positif atau semakin negatif,atau berubah secara kualitatif dari positif menjadi negatif atau sebaliknya region baru bisa muncul dan region lama bisa hilang.
Perubahan vektor : Vektor mungkin dapat berubah dalam kekuatan dan arahnya.
Perubahan Bondaris : Bondaris mungkin menjadi semakin permeabel atau§ semakin tidak permeabel,mungkin muncul sebagai bondaris atau tidak muncul sebagai bondaris.

Mempertahankan Keseimbangan
Dalam sistem reduksi tegangan,tujuan dari proses psikologis adalah mempertahankan pribadi dalam keadaan seimbang. Yang paling umum dan paling efektif untuk mengembalikan keseimbangan adalah melalui lokomosi dalam lingkungan psikologis,memindah pribadi ke region tempat objek yang bervalensi positif(yang memberi kepuasan). Tapi kalau region yang diinginkan mempunyai bondaris yang tak permeabel tegangan terkadang dapat dikurangi(dan keseimbangan dapat diperoleh)dengan melakukan lokomosi pengganti,pindah ke region yang dapat memberi kepuasan lain(yang bondarisnya permeabel) ternyata dapat menghilangkan tegangan dari system kebutuhan semula.
Kecenderungan mencapai keseimbangan itu tidak berarti membuat diri seimbang sempurna,tetapi menyeimbangkan semua tegangan dalam daerah pribadi-dalam. Lewin menjelaskan bahwa dalam sistem yang kompleks menjadi seimbang bukan berarti hilangnya tegangan,tetapi mempeoleh keseimbangan dari tegangan internal. Tujuan utama dari perkembangan psikologis adalah menciptakan semacam struktur internal yang menjamin keseimbangan psikologis bukan membuat bebas tegangan.

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Teori lewin murni psikologis, sehingga ketika membahas perkembangan beliau tidak melibatkan diri dengan isu yang menjadi intrik pakar lain, yaitu isu keturunan dan lingkungan. Lewin tidak menolak peran keturunan dan kemasakan dalam perkembangan individu. Perkembangan bagi lewin adalah sesuatu yang kongkrit dan kontinyu, usia dan tahapan perkembangan dianggap tidak membantu memahami perkembangan psikologis.

PERUBAHAN TINGKAH LAKU
Menurut lewin, sejumlah perubahan tingkah laku yang penting terjadi sepanjang perkembangan. Tingkahlaku menjadi semakin terorganisir,hirarkis, realistis, dan efektif.

DIFERENSIASI DAN INTEGRASI
Diferensiasi adalah peningkatan jumlah bagian-bagian dari keseluruhan. Bertambahnya diferensiasi akan menciptakan bondaris-bondaris yang baru. Kekuatan bondaris semakin meningkat bersamaan pertambahan usia.
Konsep saling ketergantungan yang terorganisir ( organizational interdependence ) menjelaskan bagaimana daerah pribadi-dalam dan daerah lingkungan psikologis yang semakin terdeferensiasi dan semakin otonom, dapat bekerja sama menghasilkan tingkahlaku yang integrative. Subtujuan membentuk tujuan semu sementara, yang terkoordinasi untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, dan memperoleh kepuasan dari pencapaian tinggi itu.

REGRESI
Lewin menemukan dua macam gerak mundur perkembangan;
-Regresi yaitu kembali ke bentuk tingkahlaku yang lebih primitive
-Retrogresi yaitu kembali kebentuk tingkahlaku lebih awal dalam sejarah kehidupan manusia
Menurut Lewin, frustasi menjadi salah satu factor terpenting penyebab regresi.



APLIKASI

ZEIGARNIK EFFECT
Banyak penelitian dari Lewin dan murid-muridnya, yang semula di maksudkan untuk meneliti hipotisis dari teori itu, akhirnya di pakai untuk mengembangkan asumsi-asumsi dari teori medan. Salah satu fenomena penelitian itu, adalah penelitian yang di lakukan oleh zeigarnik.
Temuan zeigernik oleh Lewin kemudian di kembangkan menjadi asumsi-asumsi berikut;
Asumsi 1 : Maksud-tujuan (intention ) untuk mencapai tujuan tertentu berhubungan dengan tegangan dalam suatu system pribadi.
Asumsi 2 : Ketika tujuan tercapai, tegangan ( yang meningkat lebih besar dari nol ) dari system yang terkait dengan tujuan itu menjadi reaksi (menjadi nol ).
Asumsi 3 : Tegangan untuk mencapai tujuan ( yang belum tercapai ) akan memperkuat tenaga untuk beraksi menuju tujuan itu.
Asumsi 3A : Kekuatan orang untuk mengingat tujuan ( yang belum tercapai ) tergantung kepada tegangan dari system tujuan itu.

PSIKOLOGI SOSIAL
Teori yang semula di maksudkan sebagai teori kepribadian, ternyata justru berkembang di ranah psikologi social. Sejak kematian Lewin, tidak ada kemajuan yang berarti dalam hal teori kepribadian. Pendukung setianya banyak mengembangkan rintisanya dalam penelitiannya dalam proses-proses kelompok, penelitian tentang dinamika kelompok,encounter grup, dan ketegangan antara ras.

KONSEP-KONSEP KURT LEWIN

Bagi Lewin, teori medan bukan suatu sistem psikologi baru yang terbatas pada suatu isi yang khas: teori medan merupakan sekumpulan konsep dengan dimana seseorang dapat menggambarkan kenyataan psikologis. Konsep konsep ini harus cukup luas untuk dapat diterapkan dalam semua bentuk tingkah laku, dan sekaligus juga cukup spesifik untuk menggambarkan orang tertentu dalam suatu situasi konkret. Lewin juga menggolongkan teori medan sebagai “suatu metode untuk menganalisis hubungan hubungan kausal dan untuk membangun konstruk-konstruk ilmiah”
Ciri ciri utama dari teori Lewin, yaitu :
1.tingkah laku adalah suatu fungsi dari medan yang ada pada waktu tingkah laku itu terjadi
2.Analisis mulai dengan situasi sebagai keseluruhan dari mana bagian bagian komponennya dipisahkan
3.Orang yang kongkret dalam situasi yang kongkret dapat digambarkan secara matematis.

Ket : LP = Lingkungan Psikologis
RH=Ruang Hidup

Konsep konsep teori medan telah diterapkan Lewin dalam berbagai gejala psikologis dan sosiologis, termasuk tingkah laku bayi dan anak anak , masa adolsen , keterbelakangan mental , masalah masalah kelompok minoritas, perbedaan perbedan karakter nasional dan dinamika kelompok.
Dalam makalah ini, kita akan memusatkan perhatian pada teori Lewin tentang struktur, dinamika dan perkembangan kepribadian yang dikaitkan dengan lingkungan psikologis, karena orang orang dan lingkungannya merupakan bagiab bagian ruang kehidupan (life space) yang saling tergantung satu sama lain. Life space digunakan Lewin sebagai istilah untuk keseluruhan medan psikologis.

Struktur Kepribadian

Menurut Lewin sebaiknya menggambarkan pribadi itu dengan menggunakan definisi konsep-konsep struktural secara spasial. Dengan cara ini , Lewin berusaha mematematisasikan konsep-konsepnya sejak dari permulaan. Matematika Lewin bersifat non-motris dan menggambarkan hubungan-hubungan spasial dengan istilah-istilah yang berbeda. Pada dasarnya matematika Lewin merupakan jenis matematika untuk menggambarkan interkoneksi dan interkomunikasi antara bidang bidang spasial dengan tidak memperhatikan ukuran dan bentuknya.
Pemisahan pribadi dari yang lain-lainnya di dunia dilakukan dengan menggambarkan suatu figur yang tertutup. Batas dari figur menggambarkan batas batas dari entitas yang dikenal sebagai pribadi. Segala sesuatu yang terdapat dalam batas itu adalah P (pribadi): sedangkan segala sesuatu yang terdapat di luar batas itu adalah non-P.

Selanjutnya untuk melukiskan kenyataan psikologis ialah menggambar suatu figur tertutup lain yang lebih besar dari pribadi dan yang melingkupnya. Bentuk dan ukuran figur yang melingkupi ini tidak penting asalkan ia memenuhi dia syarat yakni lebih besar dari pribadi dan melingkupimya. Figur yang baru ini tidak boleh memotong bagian dari batas lingkaran yang menggambarkan pribadi.
Lingkaran dalam elips ini bukan sekedar suatu ilustrasi atau alat peraga, melainkan sungguh-sungguh merupakan suatu penggambaran yang tepat tentang konsep-konsep struktural yang paling umum dalam teori Lewin, yakni pribadi, lingkungan psikologis dan ruang hidup.
a.Ruang Hidup
Ruang hidup mengandung semua kemungkinan fakta yang dapat menentukan tingkah laku individu. Ruang hidup meliputi segala sesuatu yang harus diketahui untuk memahami tingkah laku kongkret manusia individual dalam suatu lingkungan psikologis tertentu pada saat tertentu. Tingkah laku adalah fungsi dari ruang hidup.
Secara matematis : TL = f( RH)
Fakta fakta non psikologis dapat dan sungguh sungguh mengubah fakta fakta psikologis. Fakta fakta dalam lingkungan psikologis dapat juga menghasilkan perubahan perubahan dalam dunia fisik. Ada komunikasi dua arah antara ruang hidup dan dunia luar bersifat dapat ditembus (permeability), tetapi dunia fisik (luar) tidak dapat berhubungan langsung dengan pribadi karena suatu fakta harus ada dalam lingkungan psikologis sebelum mempengaruhi/dipengaruhi oleh pribadi.
b.Lingkungan Psikologis
Meskipun pribadi dikelilingi oleh lingkungan psikologisnya, namun ia bukanlah bagian atau termasuk dalam lingkungan tersebut. Lingkungan Psikologis berhenti pada batas pinggir elips, Tetapi batas antara pribadi dan lingkungan juga bersifat dapat ditembus. Hal ini berarti fakta fakta lingkungan dapat mempengaruhi pribadi.
Secara matematis : P = f (LP)
Dan fakta fakta pribadi dapat mempengaruhi lingkungan.
Secara matematis : LP = f (LP)
c.Pribadi
Menurut Lewin, pribadi adalah heterogen, ternagi menjadi bagian bagian yang terpisah meskipun saling berhubungan dan saling bergantung.
Daerah dalam personal dibagi menjadi sel sel. Sel sel yang berdekatan dengan daerah konseptual motor disebut sel sel periferal ;p; sel sel dalam pusat lingkaran disebut sel sel sentral,s.
Sistem motor bertidak sebagai suatu kesatuan karena biasanya lahannya dapat melakukan suatu tindakan pada satu saat. Begitu pula dengan sistem perseptual artinya orang hanya dapat memperhatikan dan mempersepsikan satu hal pada satu saat.
Bagian bagian tersebut mengadakan komunikasi dan interdependen; tidak bisa berdiri sendiri.

Dinamika Kepribadian

Konsep konsep dinamika pokok dari Lewin yakni kebutuhan energi psikis, tegangan , kekuatan atau vektor dan valensi. Konstruk konstruk dinamik ini menentukan lokomosi khusus dari individu dan cara ia mengatur struktur lingkungannya, Lokomosi dan perubahan perunahan struktur berfungsi mereduksikan tegangan dengan cara memuaskan kebutuhan.
Suatu tegangan dapat direduksikan dan keseimbanagan dipulihkan oleh suatu lokomosi substitusi. Proses ini menuntut bahwa dua kebutuhan erat bergantungan satu sama lain sehingga pemiasan salah satu kebutuhan adalah melepaskan tegangan dari sistem kebutuhan lainnya.
Akhirnya. ,tegangan dapat direduksikan dengan lokomosi lokomosi murni khayalan. Seseorang yang berkhayal bahwa ia telah melakukan suatu perbuatan yang sulit atau menempati suatu jabatan yang tinggi mendapat semacam kepuasan semu darisekedar berkhayal tentang keberhasilan.
Perkembangan Kepribadian
Menurut Lewin hakekat Perkembangan Kepribadian itu adalah :
1. Diferensiasi
yaitu semakin bertambah usia, maka region region dalam pribadi seseorang dalam LP-nya akan semakin bertambah. Begitu pula dengan kecakapan kecakapan/ keterampilan keterampilannya.
Contoh : orang dewasa lebih pandai menyembunyikan isi hatinya daripada anak-anak (region anak lebih mudah ditembus)
2. Perubahan dalam variasi tingkah lakunya
3. Perubahan dalam organisasi dan struktur tingkah lakunya lebih kompleks.
4.Bertambah luas arena aktivitas
contoh: Anak kecil terikat oleh masa kini sedangkan orang dewasa terikat oleh masa kini, masa lampau dan masa depan.
5.Perubahan dalam realitas. Dpat membedakan yang khayal dan yang nyata, pola berpikir meningkat ,contohnya dari pola berpikir assosiasi menjadi pola berpikir abstrak.
Bagi Lewin perkembangan tingkah laku merupakan fungsi dari pribadi dan lingkungan psikologis.