Selasa, 15 November 2016

J. Habermas Juergen.

Profil Singkat

Habermas merupakan filsuf dan ahli teori sosial dari Jerman. Habermas menawarkan pendekatan yang rasional dalam menentukan hal yang baik dan yang salah. Habermas merupakan tokoh kontemporer dari Frankurt School yang melahirkan Theory of Universal Pragmatics dan The Transformation of Society. Habermas juga terkenal dengan Technological Determinism-nya, yaitu pendekatan yang menyatakan bahwa teknologi adalah salah satu faktor terpenting penyebab perubahan sosial.

Terori Habernas

Habermas mengatakan bahwa masyarakat harus dipahami sebagai perpaduan tiga kepentingan utama : kerja, interaksi dan kekuasaan.  Ketiga kepentingan itu sama-sama penting. Kerja, sebagai kepentingan pertama, meliputi kemampuan menghasilkan sumberdaya material. Karena sifatnya yang highly instrumental nature — yang hasilnya adalah objek-objek konkrit, maka kerja pada dasarnya adalah “technical interest”, kepentingan teknis.  Di dalamnya berlaku rasionalisasi instrumental dan diwakili oleh ilmuwan empiris-analitis.  Dengan kata lain, teknologi digunakan  sebagai alat guna mencapai tujuan praktis dan itu diasarkan pada riset ilmiah.  Misalnya desainer  komputer , pembangun jembatan, para ahli yang menempatkan satelite di dalam orbitnya, pelaku organisasi/ kementerian, dan para ahli dengan kemampuan penanganan medis.

Kepentingan utama kedua adalah interaksi, atau penggunaan bahasa dan sistim simbol komunikasi lainnya.  Karena kerjasama sosial merupakan suatu keharusan untuk bisa bertahan hidup, Habermas menyebut item yang kedua ini sebagai “practical interest” atau kepentingan praksis. Ini mencakup rasionalisasi praksis dan diwakili oleh ilmu pengetahuan historis dan hermeneutik.  Kepentingan interaksi dapat dilihat dalam berbagai pidato, konferensi, psychoteraphy, hubungan antarkeluarga, dan segala bentuk usaha kerjasama.


Kepentingan utama yang ketiga adalah power, atau kekuasaan.  Tatanan sosial biasanya mengarahkan pada pembagian kekuasaan, namun kita juga berkepentingan untuk terbebas dari dominasi. Kekuasaan cenderung mendistorsi komunikasi, namun dengan kesadaran akan ideologi yang mendominasi di dalam masyarakat, kelompok-kelompok bisa memberdayakan mereka sendiri menuju transformasi sosial.  Akibatnya, kekuasaan menjadi “kepentingan emansipatory”.  Rasionalisasi  yang terjadi dalam kepentingankekuasaan ini berupa ‘self-reflection’ dan jenis ilmu pengetahuan  yang berkaitan dengan hal ini adalah  critical theory. Menurut Habermas, jenis pekerjaan yang dilakukan oleh teoritisi kritis yang selanjutnya akan didiskusikan dalam bahasan nanti termasuk emancipatory  karena ia bisa memberdayakan kelompok-kelompok lain yang tidak memiliki kekuasaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar